Sejarah Desa
Desa Gadingrejo termasuk dalam gugusan pegunungan Menoreh serta lereng gunung Sumbing. Desa Gadingrejo dipercaya memiliki sejarah panjang sebagai sebuah wilayah persinggahan dan poros perlawanan oleh tokoh-tokoh sejak masa Galuh, Kalingga hingga Mataram Islam.
Salah satunya wilayah Kebondalem (kebone sangsono dalem atau tempat milik para wali). Konon, berdasarkan cerita tutur yang berkembang di masyarakat Dusun Kebondalem dulu sebagai tempat utama pertemuan Walisongo. Bahkan, wilayah Kebondalem ini dulunya ingin dijadikan keraton. Namun, setelah melalui mekanisme musyawarah, para wali enggan meneruskan niatnya dikarenakan pembangunan keraton harus dekat dengan pelabuhan.
Dan di era Mataram, tempat ini menjadi tempat pelarian kerabat keraton dari ancaman Belanda yang di pimpin oleh Kiai Ageng Djamsari. Selain sebagai tempat singgah, kawasan ini menjadi tempat pengkajian dan pembelajaran berbagai disiplin ilmu dan pengolahan strategi peperangan. Hal tersebut terus berjalan sampai masa Perang Jawa yang di pandegani oleh Pangeran Diponegoro.
Dikisahkan pula bahwasanya wilayah Gadingrejo sebagai jantungnya wilayah Dulangmas (Kedu-Magelang-Banyumas). Karena itulah, saat Perang Jawa berkobar, Gadingrejo sebagai salahsatu basis utama pertahanan laskar Diponegoro. Dan banyak tokoh persilatan santri dan kiai yang bergabung menjadi laskar di bawah Pimpinan Muhammad Ngarpah yang juga pernah menjadi santri dari ulama dan kiai Gadingrejo.
Di kampung lain. Tersebutlah Kiai Tanggul Angin yang pernah berguru dan menjadi murid Sunan Kalijaga. Beliau bersama adik seperguruannya Kiai Ageng Batursari mengemban tugas dari sang guru untuk menjaga kawasan utara desa. Sementara di kampung Sruwodadi (kini Sarwodadi) Kiai Ageng Trajumas ditugaskan untuk berdakwah dan membimbing masyarakat serta para pemuda untuk dijadikan laskar dan prajurit kerajaan. Kyai Ageng Trajumas berjuang dengan Syeh Sekar Delima di wilayah timur desa.
Sementara di wilayah selatan, sang sesepuh desa Kiai Ageng Gading Suro Negoro di masa itu, bersama dengan Kiai Ageng Gondosari bertugas hal serupa. Bayak tempat yang dijadikan pertapaan oleh tokoh-tokoh tersebut.
Sendang brontok dijadikan tempat bertapa oleh Pangeran Mangkubumi. Sendang Gelar oleh Sultan Agung. Sendang Tejo oleh Pangeran Diponegoro. Wadhas Mletek oleh Sunan Baribin.
Tokoh lain yang bergabung dari Gadingrejo antara lain Kiai Macan Putih, Rogonoto, Wirodjoyo, Wiroseco, Singodipo, Kiai Anom, Sayyid Achmad, Gonteng, Boleng, Kiai Tholabuddin, Kiai Topo, Djogonegoro bahu-membahu bersama laskar-laskar santri untuk melawan penjajah.
Diyakini oleh masyarakat, asal mula nama Gadingrejo terdiri dari dua kata. Yakni, Gading artinya kekuatan atau pusaka. Rejo artinya sejahtera. Berkait makna menjadi kekuatan yang bisa mensejahterakan. Sementara itu diyakini pula bahwa nama Gadingrejo ini terkait dengan seorang tokoh sesepuh bernama Kiai Gading Suro Negoro.
PEJABAT DESA GADINGREJO DARI MASA KE MASA
NO | NAMA | PERIODE JABATAN |
1 | MARTO |
|
2 | R. RANU WIGENO |
|
3 | R. KUMIS |
|
4 | HAJI |
|
5 | UDO SENTIKO |
|
6 | ALI AHMAD | 1926 - 1928 |
7 | TARUNOREJO (Pj) | 1928 - 1930 |
8 | SOKODIHARJO | 1930 - 1936 |
9 | AMAT KARJO | 1936 - 1945 |
10 | PADMO SUWITO | 1945 - 1988 |
11 | SUWITO DIHARJO (Pj) |
|
12 | SUKARSO BUDI HARTONO | 1988 - 1997 |
13 | Drs. HADI SUSILO |
|
14 | SUKARSO BUDI HARTONO | 1998 - 2006 |
15 | HERU SUSANTO (Pj) | 2006 - 2007 |
16 | HARNO WIDIYANTO | 2007 - 2012 |
17 | TEGENO | 2012 -……. |